Tema : syukur
Biasanya para pengantin baru akan sangat mendambakan hadirnya buah hati. Kami pun begitu. Rasanya ada yang tidak lengkap tiap tamu bulanan itu datang. Namun bulan ini, tak seperti biasanya, aku telat. Kira-kira sudah seminggu. Namun tak disangka di saat seperti ini aku justru dilanda kerisauan. Hingga aku tidak berani melakukan test.
Aku ingin bisa lengkap sebagai seorang istri, memberikan apa yang diharapkan seluruh keluarga besar, yaitu putra atau putri kecil yang lucu. Aku benar-benar ingin melihat si kecil itu tumbuh dalam perutku. Tapi, di sisi lain, harapanku ini mencekikku.
Aku masih berharap menjadi wanita karir. Aku tahu, kesempatanku tak banyak karena aku pindah ke sebuah kota kecil, aku sudah 26 tahun dan aku sudah menikah. Bagi sebuah perusahaan statusku ini pasti jadi pertimbangan. Dan lagi jika aku hamil dan punya anak. Ya Allah, sudah berhari-hari pikiran ini membuatku kalut. Tapi ketika aku menulis ini, aku merasa jahat sekali.
Harusnya aku lebih tahu konsekuensi apa yang harus aku hadapi ketika memutuskan resign sebelum mendapatkan kerja baru. Namun jauh di lubuk hatiku, aku masih belum siap melepas mimpiku. Aku tak boleh dan tak bisa menyalahkan siapapun. Aku tak tahu harus marah pada siapa.
Apa aku salah jika berharap segera mendapat kerja sebelum positif hamil?
Tapi aku tahu, tidak benar menolak rejeki Allah. Aku tidak berhak untuk itu. Aku takut Allah marah dan bahkan menjauhkanku dari mimpiku yang lain, dari si bayi kecil yang tumbuh dalam perutku.
Ya Allah, aku merasa sombong sekali karena mendikteMu.
Kemarin malam selepas belanja di indomart, mas Arga membawaku mengejar seorang kakek tua yang berjalan kaki menawarkan pisang ke orang-orang di jalan. Sang kakek tampak lelah sekali.
"Mbah, setunggale pinten?" Tanya mas Arga
"20 mas."
"Nyuwun setunggal mawon Mbah.."
Si kakek dengan sumringah melepaskan seikat pisang ditangannya. Dan ketika mas Arga memberi uang lebih, si kakek sangat senang.
Di jalan mas Arga bilang,
"Sayang, rejeki itu udah ada yang ngatur. Asal manusianya tetap berusaha, pasti dikasih jalan. Tuh lihat kakek tadi, dia jalan malam-malam di jalanan bawa pisang. Banyak yang lihat nggak? Nggak kan? Tapi tadi Allah ngasih Mas lihat, jadi Mas bisa beli.
Mas tahu, Arin sedih. Tapi rejeki itu nggak datang dari satu pintu aja. Mas yakin Arin bisa. Arin punya kemampuan lebih, tinggal Arin belajar sabar yaa.. Insya Allah indah."
Aku menangis semalaman. Tiap hari aku menulis tentang syukur, tapi lihat tingkahku. Astaghfirullah.