Rabu, 13 Maret 2019

Lemon Hangat Untukku

Bapak, ibu, mba Ana dan Mas Maman berkunjung hari ini. Menyenangkan bisa berkumpul seperti ini. Meski sekedar mengobrol ringan dan sedikit meledek satu sama lain. Itulah keluarga. Sederhana tapi indah.

Seharian sibuk membuat pilekku makin parah. Mas Arga sampai khawatir melihatku susah bernafas hingga bolak balik kamar mandi untuk membersihkan hidung. Kalau aku sakit, mas Arga memang selalu perhatian seperti ini. Aku suka, hehe.

Malam-malam dia sengaja pergi ke toko buah dan membeli beberapa buah lemon. Sesampainya di rumah dia langsung menyeduh air perasan lemon untukku. Tak lupa diberikan irisan lemon sebagai garnish yang cantik. How sweet you are baby fish..

Air lemonku yang cantik pelan pelan aku minum. Tak rela rasanya kalau langsung habis. Lebay ya? Haha. Sekarang, pembuat air lemonku sedang pulas tertidur. Matanya menghitam, kelelahan. Beberapa hari ini sepertinya sedang ada beban di kantor, kasihan.

" Wish you a nice dream sweeto.. Maaf hari ini tak sempat menanyakan kabar dan ceritamu. Boleh dirapel besok?" Bisikku pelan disampingnya.

Cangkir lemonku masih di atas meja. Biar saja disitu, sampai aku puas melihatnya.

Selasa, 12 Maret 2019

You can do it


Hari ini aku berjumpa lagi dengan kawan lama. Sebenarnya kemarin juga, cuma karena tidak sempat cerita aku rangkum aja ya.. haha

Kawanku ini kawan dekatku saat kuliah. Kami sering saling menginap di kamar masing-masing seolah itu kamar kami sendiri. Kami sering berbagi tangis, entah masalah keluarga, hidup atau masalah paling basic saat kuliah a.k.a cowok. Kami masih punya kumpulan  foto memalukan jaman dulu,  yang meski mengerikan untuk dilihat  tapi tak sampai hati untuk menghapusnya. Kalau mengingat masa lalu memang kadang suka terharu ya?.

Jadi sekarang kami tinggal sekota. Dan barusan dia berubah status menjadi seorang ibu. Dari seorang malaikat kecil lucu yang usianya baru 3 bulan. Saat aku melihatnya mengASIhi bayinya siang ini aku baru sadar jadi sekarang memang adalah waktunya untuk kami sampai di tahap ini. Siap ataupun tidak, inilah kodrat kami sebagai perempuan. Aku tak pernah membayangkan dia bisa lihai menggendong bayi seperti itu tapi lihat dia sekarang. Gadis yang dulu menggila bersamaku, sekarang sudah berubah menjadi ibu.

So me, i hope you could do the same thing. I know you can.

Minggu, 10 Maret 2019

Anugerah Kecil Setiap Hari

Tema : syukur

Pulang ke rumah selalu menyenangkan. Selesai video call dengan ibu kemarin, aku jadi kangen pulang. Siangnya begitu mas Arga pulang hiking, aku meminta pulang dan mas Arga mengiyakan untuk mengantar. 

Hari ini aku berkunjung ke rumah kakak-kakak, dan mengobrol panjang dengan mereka. Dulu kejadian seperti ini hanya bisa sekitar mungkin 4 bulan sekali, sementara sekarang aku bisa pulang tiap 2 Minggu sekali. Waaoow..

Entah kenapa nafsu makan kue meningkat drastis di rumah. Segala macam makanan tak berhenti aku kunyah. Sepiring nasi cumi, ayam, bakso, lontong sayur dan berbagai cemilan seperti bakwan, bongko pisang, Chiki, roti isi ayam sampai tahu petis pun aku icip semuanya. Tapi anehnya ketika aku menimbang berat badanku sore ini, semua masih normal tanpa ada kenaikan. Waaah.. apakah aku berhalusinasi? Haha

Nikmat-nikmat kecil seperti inilah yang kadang jarang aku syukuri. Seperti betapa baiknya suamiku yang mau mengantar sejauh 50 km meski capek pulang hiking. Seperti bagaimana aku bisa melakukan family time lebih sering dan lama dari sebelumnya. Seperti ketika semua makanan boleh aku santap dan tak perlu mengkhawatirkan timbangan. Awesome!!

Allahku maha pengasih dan penyayang. Alhamdulillah.

Jumat, 08 Maret 2019

Memories of Hiking

Tema : syukur

Hari ini mas Arga pergi hiking bersama teman kantornya. Aku jadi ingat beberapa waktu lalu saat aku pergi camping bersama teman-teman kantor. Rasanya seperti baru kemarin. Semalam sewaktu aku mengambil matras dari box pindahan yang belum sempat aku bongkar, aku terdiam sejenak. Aku iri.
Kapan aku bisa seperti itu lagi?

Mas Arga sangat antusias dengan acara ini. Semalaman mengajakku berkeliling untuk mencari head lamp. Tersenyum senang saat mampir ke toko alat hiking, dan mencoba beberapa peralatan. Persis aku dulu. Aku iri. Mungkinkah aku bisa seperti itu lagi?

Berbagai pikiran tak mengenakkan kembali muncul di kepalaku. Apa sudah waktunya aku menyerah dan menerima keadaan? Mengganti arah mimpiku sekarang? Aku mengepak barang dengan muka datar tanpa senyum.

"Kamu capek sayang? Maaf ya.. kemalaman ya pulangnya?" Tanya mas Arga.

"Nggak kok Mas.. cuma sehari kan perginya?" Tanyaku.

Mas Arga mengelus kepalaku.
"Arin sepi ya nggak ada Mas lagi. Sebagai gantinya Arin mau nonton Minggu depan? Captain Marvel udah tayang loh di bioskop"

Aku tersenyum dan mengangguk. Tak sampai hati aku cerita kalau aku iri dengannya. Ya Allah, belajar ikhlas dan sabar itu susah ya..

Malam ini aku pergi ke balkon sendiri. Sudah senyap disini. Entah bagaimana di tempat mas Arga. Sudah sejak Maghrib sinyal handphone ngadat di tempatnya. Haha. Mas Arga pasti sedang ngobrol dan bercanda dengan teman-temannya. Mungkin sedang makan mi instan sambil mengelilingi api. Sama sepertiku dulu.

Memori itu indah ya. Jika dikenang bisa membuatmu tersenyum seperti aku sekarang. Atau sedih seperti semalam. Tapi yang jelas memori ada untuk mengingatkan kita, bahwa kita pernah melaluinya. Bahwa kita pernah diberi kesempatan untuk merasakannya.

Alhamdulillah.

Kamis, 07 Maret 2019

Bersih-bersih Rumah

Tema : syukur

Hari ini tanggal merah. Berarti mas Arga ada di rumah. Padahal tiap akhir pekan juga sama, tapi tetap saja tanggal merah itu bikin bahagia. Moodku sudah jauh lebih baik sekarang, jadi kuputuskan untuk beres-beres rumah total sambil menunggu suami pulang main basket pagi. 

Aku mencuci, mengganti seprei, menyiram bunga, mengepel bahkan membersihkan tangga yang biasanya malas kulakukan. Kamar mandi juga tak luput dari sasaran. Pokoknya hari ini temanya adalah bersih-bersih. 

Aku juga membersihkan peralatan makeup yang sekarang jarang aku sentuh. Dan aku menemukan beberapa item yang sepertinya rusak. Entah itu kadaluarsa atau terlalu lama di dalam koper yang panas. Ya Allah maafkan aku yang menyia-nyiakan barang seperti ini. Karena sekarang aku jarang bermake-up full, sepertinya aku harus mengatur ulang prioritas belanjaku.

Selesai beberes aku tiduran di kasur dengan seprei yang baru. Tau kan rasanya? Nyaman pake banget..! Mengganti seprei memang melelahkan, tapi begitu menikmati hasilnya, uuuuh.. it's so comfy that i can't describe it well. But i know you can feel it too.. haha

Tau kan kalau kebersihan itu sebagian dari iman? Dengan bebersih, kalian bisa menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Kalian bisa memilah barang mana yang masih diperlukan, dan barang mana yang tidak. Barang mana yang harus dibeli ulang, dan barang mana yang seharusnya tidak dibeli lagi. Sehingga tidak ada barang mubadzir dan barang yang menumpuk tak disentuh di sudut rumah. Plus satu lagi, beberes rumah itu membakar kalori yang cukup banyak loh.. nggak kalah dari suami yang basket mulu tiap pagi.

Alhamdulillah.

Rabu, 06 Maret 2019

Kakek Penjual Pisang

Tema : syukur

Biasanya para pengantin baru akan sangat mendambakan hadirnya buah hati. Kami pun begitu. Rasanya ada yang tidak lengkap tiap tamu bulanan itu datang. Namun bulan ini, tak seperti biasanya, aku telat. Kira-kira sudah seminggu. Namun tak disangka di saat seperti ini aku justru dilanda kerisauan. Hingga aku tidak berani melakukan test.

Aku ingin bisa lengkap sebagai seorang istri, memberikan apa yang diharapkan seluruh keluarga besar, yaitu putra atau putri kecil yang lucu. Aku benar-benar ingin melihat si kecil itu tumbuh dalam perutku. Tapi, di sisi lain, harapanku ini mencekikku.

Aku masih berharap menjadi wanita karir. Aku tahu, kesempatanku tak banyak karena aku pindah ke sebuah kota kecil, aku sudah 26 tahun dan aku sudah menikah. Bagi sebuah perusahaan statusku ini pasti jadi pertimbangan. Dan lagi jika aku hamil dan punya anak. Ya Allah, sudah berhari-hari pikiran ini membuatku kalut. Tapi ketika aku menulis ini, aku merasa jahat sekali.

Harusnya aku lebih tahu konsekuensi apa yang harus aku hadapi ketika memutuskan resign sebelum mendapatkan kerja baru. Namun jauh di lubuk hatiku, aku masih belum siap melepas mimpiku. Aku tak boleh dan tak bisa menyalahkan siapapun. Aku tak tahu harus marah pada siapa.

Apa aku salah jika berharap segera mendapat kerja sebelum positif hamil?
Tapi aku tahu, tidak benar menolak rejeki Allah. Aku tidak berhak untuk itu. Aku takut Allah marah dan bahkan menjauhkanku dari mimpiku yang lain, dari si bayi kecil yang tumbuh dalam perutku.
Ya Allah, aku merasa sombong sekali karena mendikteMu.

Kemarin malam selepas belanja di indomart, mas Arga membawaku mengejar seorang kakek tua yang berjalan kaki menawarkan pisang ke orang-orang di jalan. Sang kakek tampak lelah sekali.

"Mbah, setunggale pinten?" Tanya mas Arga
"20 mas."
"Nyuwun setunggal mawon Mbah.."

Si kakek dengan sumringah melepaskan seikat pisang ditangannya. Dan ketika mas Arga memberi uang lebih, si kakek sangat senang.

Di jalan mas Arga bilang,
"Sayang, rejeki itu udah ada yang ngatur. Asal manusianya tetap berusaha, pasti dikasih jalan. Tuh lihat kakek tadi, dia jalan malam-malam di jalanan bawa pisang. Banyak yang lihat nggak? Nggak kan? Tapi tadi Allah ngasih Mas lihat, jadi Mas bisa beli.

Mas tahu, Arin sedih. Tapi rejeki itu nggak datang dari satu pintu aja. Mas yakin Arin bisa. Arin punya kemampuan lebih, tinggal Arin belajar sabar yaa.. Insya Allah indah."

Aku menangis semalaman. Tiap hari aku menulis tentang syukur, tapi lihat tingkahku. Astaghfirullah.

Senin, 04 Maret 2019

Semangkok Mi Instan Pedas

Tema : syukur

Aku bangun dengan kesal tadi pagi. Semalam aku ketiduran dan tidak sempat mengirim tulisan diaryku. Begitu bangun, sudah lewat tengah malam dan itu mengesalkan sekali.

Pagi ini gerimis, membuatku gagal jalan-jalan pagi menikmati sawah. Moodku kacau seharian. Bahkan hingga siang awan menutupi langit, sehingga jemuran bajuku tak kering-kering. Kesal membuatku lapar. Dengan asal aku menumis irisan tipis dendeng dan memakannya dengan nasi panas. Lumayan bikin keringetan, haha.

Selesai makan aku kembali ke kamar, menengok hasil karya clayku kemarin, mengecek apakah sudah kering dan siap untuk dicat. Hmm.. masih belum kering sepenuhnya. Mungkin besok baru bisa dicat. Oke, paling tidak besok aku sudah tahu akan melakukan apa.

Mas Arga pulang kerja sore ini dan merajuk minta mi instan kuah yang pedas. Cocok sekali, mi kuah yang super pedas pasti bisa bikin moodku baikan. Begitu siap, mas Arga dengan sumringah langsung melahap mi instannya.

"Sayang, Kamu kasih cabe berapa ini? Gila.. pedesnya.."

"Cuma satu setengah kok kamu, yang setengah lagi masuk mangkok aku. Kenapa? Pedes banget? Hahaha". Aku kaget melihat keringat mas Arga menetes layaknya habis cuci muka.

Aku memang pakai cabe setan dan mi yang aku pake memang mi yang super pedasnya. Merasa kasihan, aku mengambilkan segelas air putih untuknya, dan langsung ludes seketika. 

"Gimana mi nya? Sesuai ekspektasi?"

"Enak sayang, tapi pedes banget. Perutku panas sekarang. Haha.. makasih yaa" mas Arga mencubit pipiku.

Tuh kan.. semangkok mi memang bisa bikin mood baikan. Asalkan ada cubitan kecil itu.

Alhamdulillah.