Senin, 04 Maret 2019

Semangkok Mi Instan Pedas

Tema : syukur

Aku bangun dengan kesal tadi pagi. Semalam aku ketiduran dan tidak sempat mengirim tulisan diaryku. Begitu bangun, sudah lewat tengah malam dan itu mengesalkan sekali.

Pagi ini gerimis, membuatku gagal jalan-jalan pagi menikmati sawah. Moodku kacau seharian. Bahkan hingga siang awan menutupi langit, sehingga jemuran bajuku tak kering-kering. Kesal membuatku lapar. Dengan asal aku menumis irisan tipis dendeng dan memakannya dengan nasi panas. Lumayan bikin keringetan, haha.

Selesai makan aku kembali ke kamar, menengok hasil karya clayku kemarin, mengecek apakah sudah kering dan siap untuk dicat. Hmm.. masih belum kering sepenuhnya. Mungkin besok baru bisa dicat. Oke, paling tidak besok aku sudah tahu akan melakukan apa.

Mas Arga pulang kerja sore ini dan merajuk minta mi instan kuah yang pedas. Cocok sekali, mi kuah yang super pedas pasti bisa bikin moodku baikan. Begitu siap, mas Arga dengan sumringah langsung melahap mi instannya.

"Sayang, Kamu kasih cabe berapa ini? Gila.. pedesnya.."

"Cuma satu setengah kok kamu, yang setengah lagi masuk mangkok aku. Kenapa? Pedes banget? Hahaha". Aku kaget melihat keringat mas Arga menetes layaknya habis cuci muka.

Aku memang pakai cabe setan dan mi yang aku pake memang mi yang super pedasnya. Merasa kasihan, aku mengambilkan segelas air putih untuknya, dan langsung ludes seketika. 

"Gimana mi nya? Sesuai ekspektasi?"

"Enak sayang, tapi pedes banget. Perutku panas sekarang. Haha.. makasih yaa" mas Arga mencubit pipiku.

Tuh kan.. semangkok mi memang bisa bikin mood baikan. Asalkan ada cubitan kecil itu.

Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar