Kemarin malam aku tidak bisa tidur. Perutku sakit, sepertinya asam lambungku naik dan membuat perutku amat sangat tidak nyaman. Mungkin aku kecapekan acara piknik kemarin. Aku baru sampai rumah jam 7 malam, dan baru mandi sekitar jam 9. Mas Arga sendiri baru sampai rumah pukul 11 malam, karena terjebak macet. Kasian. Pasti lelah sekali. Bahkan mas Arga sempat mimisan karena jet lag. Alhasil kami tidak sempat mengobrol dan bercerita tentang apa yang sudah kami lewati seharian seperti biasanya.
Dini hari aku terbangun kembali dengan keringat dingin. Berulang kali aku berganti posisi tidur, mencari posisi yang nyaman. Merasakan gerak-gerikku yang tidak seperti biasa, mas Arga terbangun. Melihatku kesakitan, dia memelukku dan bertanya ada apa. Dengan mata yang masih merah dia bergegas mengambilkan air minum dan mengoleskan minyak ke perut dan punggungku. Ya Allah aku manja sekali. Sungguh kasian melihat mas Arga sibuk mengurusku dengan mata yang merah seperti itu. Jadi, ketika dia menawarkan teh hangat setelahnya, aku menolak dan bilang hanya perlu peluk darinya, dan kembali tidur.
Aku terbangun tiap beberapa menit, dan tiap itu terjadi mas Arga mengelus kepalaku dan menenangkanku. Aku baru bisa tidur tenang setelah subuh datang.
Pagi harinya mas Arga terlihat capek sekali. Tidak seperti biasanya yang penuh semangat. Dia bertanya padaku haruskah dia berangkat siang ke kantor karena aku sakit. Bahkan setelah aku yakinkan dia bahwa aku tidak apa-apa, dia masih berniat pulang sebentar menengokku saat istirahat siang nanti. Ya Allah, aku merasa jahat sekali.
Setelah mas Arga berangkat ke kantor, aku menangis. Seharusnya aku yang merawatnya dan menghilangkan rasa capeknya. Tapi yang ada aku makin menambah beban pikirannya. Aku merasa sangat tersentuh dengan perhatiannya. Tanpa nada marah sama sekali dia sabar menghadapi tingkahku semalam padahal aku tahu dia juga sakit. Sungguh aku sangat bersyukur memiliki suami seperti dia.
Allah baik sekali padaku. Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar